livescorepialadunia – Manchester City dikenal sebagai tim yang mendominasi permainan dengan penguasaan bola, terutama sejak Pep Guardiola mengambil alih kursi pelatih. Salah satu aspek utama dari dominasi mereka adalah kemampuan para bek dalam mengalirkan bola dari belakang dengan tenang dan nyaman. Namun, seiring dengan perubahan taktik di Premier League dan semakin meningkatnya tekanan dari lawan, era dimana bek-bek Manchester City bisa dengan santai memainkan bola tampaknya mulai berakhir.
Apakah perubahan ini hanya efek sementara, atau justru tanda bahwa tim-tim lain telah menemukan cara untuk menekan dan merusak ritme permainan Manchester City? Artikel ini akan membahas penyebab perubahan ini dan bagaimana dampaknya terhadap Manchester City.
Perubahan Taktik Tim Lawan: Pressing yang Lebih Agresif
Dalam beberapa musim terakhir, banyak tim di Premier League mulai menerapkan pressing tinggi untuk mengganggu lini belakang Manchester City. Jika sebelumnya banyak tim memilih bermain bertahan dan menunggu di daerah sendiri, kini banyak lawan yang berani menekan lebih awal.
- Liverpool dan Arsenal telah menjadi contoh utama dalam menerapkan pressing tinggi yang efektif.
- Tottenham dan Newcastle juga mulai menerapkan skema yang lebih agresif ketika menghadapi Manchester City.
- Bahkan tim papan tengah seperti Brighton dan Aston Villa berani mengambil risiko dengan menekan tinggi.
Dampak dari perubahan taktik ini adalah bek-bek Manchester City harus lebih cepat dalam mengambil keputusan. Dengan tekanan yang lebih intens, mereka tidak lagi memiliki waktu dan ruang yang cukup untuk memainkan bola dengan nyaman.
Kurangnya Ketenangan di Lini Belakang
Salah satu kekuatan utama Manchester City selama era Guardiola adalah memiliki bek yang mampu mendistribusikan bola dengan baik. Nama-nama seperti John Stones, Rúben Dias, dan Kyle Walker selalu diandalkan untuk memulai serangan dari belakang.
Namun, dalam beberapa pertandingan terakhir, ada tanda-tanda bahwa bek-bek Manchester City mulai kesulitan dalam menghadapi tekanan tinggi:
- John Stones sering kehilangan bola di area berbahaya ketika mendapat pressing ketat.
- Rúben Dias tidak lagi setenang sebelumnya dalam membawa bola dari belakang.
- Ederson, yang dikenal sebagai kiper dengan distribusi bola terbaik, mulai lebih sering melakukan clearance panjang daripada membangun serangan pendek seperti biasanya.
- Ketika tekanan meningkat, kesalahan-kesalahan individu pun lebih sering terjadi, yang berakibat pada kebobolan gol yang sebenarnya bisa dihindari.
Absennya Sosok Pemimpin di Lini Belakang
Manchester City sebelumnya memiliki sosok pemimpin di lini belakang seperti Vincent Kompany. Kehadirannya memberikan ketenangan bagi rekan setimnya, dan ia mampu membaca permainan dengan baik.
Saat ini, meskipun Dias dan Stones adalah bek berkualitas, mereka belum memiliki aura kepemimpinan seperti yang dimiliki Kompany. Akibatnya, ketika menghadapi situasi sulit, lini belakang Manchester City sering terlihat kurang koordinasi, terutama saat menghadapi tekanan tinggi dari lawan.
Adaptasi Guardiola yang Mungkin Tidak Lagi Efektif?
Guardiola dikenal sebagai pelatih yang selalu beradaptasi dengan situasi. Namun, apakah taktiknya masih tetap efektif menghadapi tekanan tinggi yang semakin meningkat?
- Guardiola sering kali meminta pemain bertahan untuk tetap memainkan bola pendek, bahkan dalam tekanan ekstrem.
- Beberapa kali strategi ini berhasil, tetapi ada juga momen di mana Manchester City kehilangan bola di daerah berbahaya.
- Guardiola mungkin perlu mencari alternatif dalam membangun serangan, misalnya dengan lebih sering menggunakan bola panjang ke depan.
- Jika Manchester City tetap bersikeras memainkan bola dari belakang tanpa adaptasi, mereka berisiko mengalami lebih banyak kesalahan yang bisa berakibat fatal.
Peran Gelandang Bertahan dalam Menjaga Keseimbangan
Ketika Manchester City berada dalam kondisi terbaiknya, mereka selalu memiliki gelandang bertahan yang bisa menjadi pelapis bagi lini belakang. Sosok seperti Fernandinho dan sekarang Rodri memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan permainan.
Namun, dengan tekanan yang semakin meningkat, peran gelandang bertahan menjadi lebih berat:
- Rodri harus lebih sering turun ke belakang untuk membantu bek dalam membangun serangan.
- Tekanan tinggi dari lawan membuatnya lebih sulit memberikan umpan vertikal ke depan.
- Jika Rodri dikunci oleh lawan, Manchester City sering kehilangan keseimbangan dan rentan terhadap serangan balik.
Jika Manchester City ingin tetap kompetitif, mereka mungkin harus mempertimbangkan opsi tambahan di lini tengah untuk memberikan perlindungan lebih bagi lini belakang.
Baca Juga:
- Everton vs Manchester United: 3 Pemain MU Siap Comeback di Laga Krusial
- Inter Milan akan Hadapi Robin van Persie di Liga Champions
Kesulitan Saat Menghadapi Transisi Cepat
Salah satu kelemahan yang semakin terlihat dari pertahanan Manchester City adalah bagaimana mereka menghadapi transisi cepat dari lawan. Dengan bek yang lebih sering terlibat dalam penguasaan bola, mereka sering kali tertinggal ketika harus bertahan dari serangan balik.
- Tim seperti Liverpool dan Arsenal mampu memanfaatkan kelemahan ini dengan sangat baik.
- Manchester City seringkali kehilangan bola di area tengah, yang membuka celah bagi lawan untuk menyerang dengan cepat.
- Bek sayap seperti Walker dan Joško Gvardiol lebih sering naik ke depan, yang membuat pertahanan lebih terbuka.
Jika Manchester City tidak segera menemukan solusi untuk mengatasi serangan balik cepat, mereka bisa semakin rentan terhadap lawan yang mengandalkan transisi cepat.
Apa yang Harus Dilakukan Manchester City?
Jika Manchester City ingin tetap dominan dan tidak terus-menerus terekspos oleh tekanan tinggi dari lawan, ada beberapa solusi yang bisa mereka pertimbangkan:
- Mencari Alternatif dalam Membangun Serangan
- City mungkin perlu mulai memanfaatkan bola panjang lebih sering.
- Bermain lebih fleksibel dengan taktik yang lebih adaptif terhadap tekanan tinggi.
- Memperkuat Lini Tengah
- Menambah gelandang bertahan lain yang bisa membantu Rodri dalam mengontrol permainan.
- Memberikan perlindungan lebih kepada bek saat menghadapi tekanan lawan.
- Memiliki Pemimpin di Lini Belakang
- City butuh pemain yang bisa memberikan ketenangan saat menghadapi tekanan.
- Seorang bek dengan kepemimpinan seperti Kompany akan sangat membantu.
- Meningkatkan Kecepatan dalam Bertahan
- Melatih bek agar lebih sigap dalam menghadapi serangan balik.
- Mengurangi risiko kehilangan bola di daerah berbahaya.
Manchester City mungkin masih menjadi salah satu tim terbaik di dunia, tetapi era di mana bek mereka bisa memainkan bola dengan nyaman tampaknya mulai berakhir. Dengan tekanan tinggi yang semakin sering diterapkan oleh lawan, lini belakang City harus lebih cepat dalam mengambil keputusan dan mencari solusi untuk tetap bisa membangun serangan tanpa kehilangan keseimbangan.
Jika Guardiola tidak segera melakukan adaptasi terhadap taktiknya, City bisa menghadapi lebih banyak kesulitan di musim ini. Namun, dengan sumber daya pemain yang mereka miliki, masih ada banyak cara untuk mengatasi tantangan ini dan kembali mendominasi permainan seperti sebelumnya.