Kabar Keuangan dari Old Trafford
livescorepialadunia – Halo Mancunian dan penikmat Liga Inggris! Faktanya, ada kabar yang membuat perasaan campur aduk dari Old Trafford. Misalnya, kalau berbicara soal performa di lapangan, mungkin kalian masih sering mengelus dada. Alasannya, Bruno Fernandes dkk bermain kadang bagus, tapi kadang membuat tensi naik. Namun, kalau berbicara soal isi dompet, Manchester United ternyata sedang “full senyum”.
Baru-baru ini, MU merilis laporan keuangan kuartal pertama tahun 2026. Hasilnya? Cuan, Bos! Pihak manajemen Setan Merah dengan bangga mengumumkan keberhasilan mereka mencatatkan laba operasional.
Selanjutnya, CEO baru MU, Omar Berrada, mengatakan bahwa hasil ini adalah bukti pondasi keuangan klub makin solid. Padahal, kita semua tahu musim lalu MU sempat rugi total sekitar 33 juta paun (sekitar Rp 600-an miliar).
Tercatat, di kuartal pertama 2025/2026 ini, MU sukses mengantongi pendapatan sebesar 140,3 juta paun. Yang membuat lega, laba operasionalnya menyentuh angka 13 juta paun. Tentu saja, ini jauh berbeda dengan periode yang sama tahun lalu. Saat itu, klub justru mengalami rugi operasional 7 juta paun.
Rahasia Dapur: Hemat Pangkal Kaya?
Lantas, kenapa tiba-tiba bisa untung? Jawabannya, ternyata bukan sulap bukan sihir. Secara terbuka, manajemen mengatakan kalau ini adalah hasil dari “diet ketat” atau program efisiensi tahun lalu.
Apakah Anda ingat waktu INEOS masuk dan mulai bersih-bersih? Mereka melakukan pengurangan jumlah staf sampai memangkas biaya operasional sehari-hari. Kini, hasilnya mulai terlihat di buku tabungan klub.
Selain itu, Omar Berrada menambahkan komentar penting. “Menurutnya, hasil keuangan yang kuat ini menunjukkan kalau MU itu tahan banting (resilient). Kita sedang menjalani proses transformasi. Keputusan-keputusan sulit (seperti PHK dan potong gaji) setahun terakhir membuat organisasi kita lebih ramping dan efektif.”
Kesimpulannya, Berrada mau bilang: Sakit-sakit dahulu (potong biaya), senang-senang kemudian (duit aman buat belanja dan bangun klub).
Nasib di Lapangan: Masih OTW
Meskipun uang aman, Berrada juga sadar satu hal. Ia tahu kalau fans tidak hanya butuh laporan keuangan yang hijau, tapi juga papan skor yang hijau (menang). Saat ini, manajemen terus menggenjot investasi buat tim pria maupun wanita.
Berdasarkan update terkini, tim pria MU masih stuck di posisi ke-6 Premier League. Mereka masih perlu bekerja keras buat menembus zona Liga Champions. Sementara itu, tim wanita MU (Manchester United Women) justru tampil lebih gahar. Buktinya, mereka nangkring di posisi ke-3 Women’s Super League.
Analisis: Di Balik Layar “Rezim Hemat”
Baiklah, itu tadi rangkuman berita resminya. Selanjutnya, mari kita bedah lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi. Sebenarnya, kenapa profit 13 juta paun ini penting banget?
1. Efek “Tangan Besi” Sir Jim Ratcliffe
Pertama, sejak Sir Jim Ratcliffe dan INEOS mengambil alih operasional, MU berubah jadi korporasi yang super perhitungan. Data menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2024-2025, MU telah memangkas sekitar 250 pekerjaan. Tentu, ini bukan angka kecil. Efisiensi ini menyasar departemen non-sepak bola, digital, hingga staf akademi.
Bahkan, kebijakan “remeh” seperti menghapus jatah makan siang gratis bagi staf turut menyumbang efisiensi ini. Tak hanya itu, mereka juga memutus kontrak duta besar Sir Alex Ferguson. Meskipun kejam dan membuat fans marah, laporan ini membuktikan satu hal. Secara bisnis, langkah Ratcliffe berhasil menambal kebocoran kas klub.
2. Modal Buat “Wembley of the North”
Kedua, kenapa MU butuh cash flow yang sehat? Jawabannya ada di stadion. Ratcliffe memiliki rencana ambisius untuk merenovasi total Old Trafford. Proyek ini butuh dana monster, yang diperkirakan mencapai 2 miliar paun.
Dengan mencatatkan laba operasional, MU memperbaiki credit rating mereka di mata bank. Logikanya, tidak mungkin ada investor yang mau meminjamkan duit triliunan rupiah kalau neraca keuangan klub merah terus. Oleh sebab itu, laba 13 juta paun ini adalah sinyal positif ke pasar.
3. Lolos dari Jeratan PSR
Ketiga, hal ini paling krusial buat fans yang hobi berteriak “Sign Mbappe!”. Faktanya, aturan keuangan Premier League (PSR) makin ketat. Kita lihat Everton dan Nottingham Forest kena potong poin gara-gara rugi kejauhan.
Akhirnya, laba operasional di Q1 2026 ini memberikan napas lega. Dengan demikian, MU punya “ruang gaji” untuk mendatangkan pemain bintang baru tanpa takut kena sanksi pengurangan poin.
4. Kesenjangan Prestasi dan Komersial
Terakhir, satu fakta unik dari MU adalah anomali brand-nya. Walaupun tim pria “hanya” duduk di peringkat 6, daya tarik komersial MU tidak luntur.
Akan tetapi, Berrada dan Ratcliffe tahu ini bom waktu. Jika MU terus-terusan absen di Liga Champions (UCL), pendapatan hak siar akan hilang. Akibatnya, laba operasional ini bisa lenyap sekejap di tahun depan. Inilah alasan kenapa Berrada menekankan “peningkatan performa olahraga” sebagai prioritas.
Akhirnya, buat fans MU, laporan keuangan ini adalah berita bagus. Setidaknya, klub jadi lebih sehat, bebas sanksi, dan punya modal buat perbaikan. Sekarang, kita tinggal menunggu racikan pelatih di lapangan. Apakah duit yang sudah dihemat ini bisa berubah jadi trofi? Kita tunggu saja!



