Derbi Madrid: Saat Si Kaya & Si Pekerja Keras Bertarung di Lapangan

Derbi Madrid: Lebih dari Sekadar Bola, Ini Perang Gengsi Si Kaya vs Si Pekerja Keras

livescorepialadunia – Kalau ada satu pertandingan di Spanyol yang panasnya bisa menyaingi El Clasico, itu adalah Derbi Madrid. Saat Real Madrid ketemu Atletico Madrid, ini bukan lagi soal tiga poin. Ini adalah pertarungan harga diri, perebutan takhta penguasa ibu kota Spanyol, dan cerminan dua dunia yang berbeda dalam satu kota.

Dulu, di era 2000-an, derbi ini ibarat pertarungan berat sebelah. Real Madrid, dengan segala kemewahannya, terlalu perkasa. Atletico seringnya cuma jadi bulan-bulanan. Tapi semua itu berubah di satu malam magis: final Copa del Rey 2013.

Kemenangan 2-1 Atletico di kandang Madrid saat itu seolah jadi gong dimulainya perlawanan. Sejak era Diego Simeone, derbi ini tak pernah sama lagi. Keseimbangan kekuatan mulai tercipta, dan setiap pertemuan selalu diwarnai keringat, darah, dan terkadang air mata.

rivalitas Real Madrid vs Atletico
rivalitas Real Madrid vs Atletico

DNA Simeone: Awal dari Perlawanan Sengit

Sebelum kedatangan Diego Simeone pada akhir 2011, Atletico punya rekor yang memalukan melawan tetangganya. Mereka tidak pernah menang dalam 25 pertemuan berturut-turut! Namun, pelatih asal Argentina itu datang dan mengubah segalanya. Simeone menanamkan mentalitas Cholismo—filosofi bermain ngotot, bertahan habis-habisan, dan tidak pernah menyerah. Tiba-tiba, Atletico yang lembek berubah menjadi tim yang paling sulit dikalahkan di Eropa. Kemenangan di final Copa del Rey 2013 adalah bukti pertama bahwa era dominasi Madrid sudah berakhir.

 

Si Elit vs Si Rakyat: Cerminan Kasta Sosial di Madrid

Rivalitas ini makin panas karena akarnya datang dari perbedaan kasta sosial. Real Madrid sejak dulu adalah simbol kaum elit, kaum borjuis, dan pemerintah. Stadion Santiago Bernabeu itu tempatnya para politisi, pebisnis kaya, dan selebritas nonton bola. Mereka adalah citra kemapanan.

Di sisi lain, Atletico Madrid adalah representasi kelas pekerja. Basis suporter mereka datang dari kawasan industri di selatan Madrid. Mereka adalah simbol perlawanan, semangat juang, dan kerja keras. Makanya, bagi fans Atleti, mengalahkan Madrid itu rasanya seperti mengalahkan “sistem”, lebih dari sekadar menang bola.

 

Rekor Head-to-Head yang Penuh Cerita

Secara statistik keseluruhan, Real Madrid memang masih unggul telak. Dari lebih dari 230 pertemuan resmi, Madrid memenangkan lebih dari separuhnya. Namun, angka tidak menceritakan segalanya. Sejak era Simeone, catatan pertemuan menjadi jauh lebih seimbang, terutama di La Liga. Atletico bahkan beberapa kali berhasil mempermalukan Madrid di Bernabeu, sesuatu yang dulu dianggap mustahil.

 

Pertarungan Paling Kejam di Panggung Eropa

Rivalitas mereka mencapai puncaknya bukan di Spanyol, tapi di Liga Champions. Dua kali mereka bertemu di final (2014 dan 2016), dan dua kali pula Atletico harus merasakan patah hati paling menyakitkan.

Final 2014 di Lisbon adalah luka yang mungkin tak akan pernah sembuh bagi fans Atleti. Sudah unggul 1-0 hingga menit ke-92, kemenangan yang sudah di depan mata dirampas oleh sundulan ikonik Sergio Ramos di menit 92:48. Madrid akhirnya menang 4-1 di babak perpanjangan waktu. Dua tahun kemudian di Milan, nasib kembali kejam. Setelah imbang 1-1, Atletico kalah lewat drama adu penalti setelah tendangan Juanfran membentur tiang.

 

Panas di Luar Lapangan: Dari Rasisme hingga Transfer Pemain

Tensi tinggi derbi ini sering kali meluber ke luar lapangan. Kasus rasisme yang menimpa Vinicius Junior pada 2022 menjadi salah satu titik tergelap rivalitas ini dan jadi sorotan dunia. Selain itu, ada juga drama transfer pemain.

Secara tidak resmi, dulu kedua klub punya “pakta untuk tidak saling mengganggu” alias tidak membeli pemain dari satu sama lain. Namun, pakta itu sering kali goyah. Kepindahan pemain seperti Thibaut Courtois dari Atleti (via Chelsea) ke Madrid, atau Alvaro Morata yang merupakan didikan Madrid tapi kini jadi andalan Atleti, selalu menambah bumbu penyedap dalam drama derbi ini.

Dengan atmosfer yang selalu mendidih, kontroversi wasit, dan spanduk-spanduk provokatif dari kedua suporter, Derbi Madrid akan selalu menjadi salah satu tontonan paling brutal dan menarik di dunia sepak bola. Ini adalah laga yang membuktikan bahwa sepak bola bukan hanya olahraga, tapi juga soal identitas.