Nasib Sterling di Chelsea: Gaji Tertinggi, Malah Latihan Sendiri?

raheem-sterlings

Nasib Raheem Sterling di Chelsea: Dari Bintang Gaji Tertinggi Jadi ‘Pemain Buangan’?

livescorepialadunia – Bayangin deh, kamu adalah pemain dengan gaji tertinggi di salah satu klub terbesar di dunia. Tapi jangankan main di tim utama, namamu bahkan nggak ada di foto resmi skuad musim ini. Miris? Itulah yang lagi dialami Raheem Sterling di Chelsea.

Di saat bursa transfer di berbagai negara, termasuk Arab Saudi, sudah ditutup, Sterling masih terjebak di London. Winger berusia 30 tahun ini tetap bertahan di Chelsea tanpa ada kepastian kapan bakal main lagi. Malahan, sekarang dia harus latihan terpisah dari tim utama bareng bek Axel Disasi. Sebuah pemandangan yang aneh untuk pemain sekelasnya.

Padahal, kita semua ingat gimana gemparnya saat Chelsea memboyong Sterling dari Manchester City pada 2022. Dengan mahar 47,5 juta pounds, ia langsung jadi pemain bergaji paling mahal di klub, lebih dari 300 ribu pounds (sekitar 6 miliar rupiah) per pekan! Dari pahlawan timnas Inggris di Euro 2020 dan penerima gelar MBE atas jasa sosialnya, kini Sterling seolah jadi anak tiri di rumahnya sendiri.

raheem-sterlings
raheem-sterlings

Dulu Didatangkan Sebagai Pemimpin, Kini Statistiknya Dipertanyakan

Saat didatangkan pada era Todd Boehly, Sterling diharapkan menjadi pemimpin di lini depan Chelsea yang saat itu sedang dalam transisi. Musim pertamanya (2022/23) sebenarnya tidak terlalu buruk di tengah kekacauan performa tim. Ia berhasil mencatatkan 9 gol dan 4 assist dari 38 penampilan di semua kompetisi. Namun, angka tersebut dianggap belum sepadan dengan gaji dan ekspektasi besar yang dibebankan padanya, terutama jika dibandingkan dengan masa keemasannya.

 

Kontras Banget dengan Zaman di Manchester City

 

Untuk melihat betapa drastisnya penurunan nasib Sterling, kita perlu mundur sedikit ke belakang. Selama tujuh tahun membela Manchester City, ia adalah mesin gol dan assist. Sterling sukses mengoleksi 131 gol dan 95 assist dalam 339 pertandingan. Bukan cuma statistik individu, ia juga bergelimang trofi: 4 gelar Premier League, 1 Piala FA, dan 5 Piala Liga. Di bawah asuhan Pep Guardiola, ia menjelma menjadi salah satu winger paling mematikan di dunia. Pemandangan ini jelas sangat kontras dengan situasinya sekarang.

 

Drama dengan Pelatih dan Sedikit ‘Sentilan’ dari PFA

 

Masalah ini makin panas setelah Sterling sempat curhat tipis-tipis dengan mengunggah foto latihan malam sendirian di Instagram. Nggak lama, Asosiasi Pesepakbola Profesional (PFA) langsung turun tangan, menghubungi Chelsea untuk memastikan Sterling diperlakukan dengan adil. Hasilnya? Chelsea dianggap nggak melanggar aturan karena tetap menyediakan fasilitas latihan yang layak.

Pelatih Enzo Maresca pun mencoba mendinginkan suasana, tapi caranya malah bikin heboh. Ia membandingkan kesulitan Sterling dengan kerja keras ayahnya yang seorang nelayan. Bukannya dapat simpati, komentar ini justru dikritik karena dianggap meremehkan masalah mental dan profesional yang dihadapi pemainnya. Nyatanya, ini bukan kali pertama Maresca menyingkirkan Sterling. Sejak pramusim 2024, Sterling memang sudah tidak masuk dalam rencana sang pelatih.

 

Korban dari Strategi Transfer Chelsea yang ‘Brutal’?

 

Situasi Sterling juga merupakan cerminan dari kebijakan transfer Chelsea di bawah kepemilikan baru. Sejak 2022, Chelsea telah menghabiskan lebih dari 1 miliar pounds untuk mendatangkan puluhan pemain baru. Akibatnya, skuad menjadi sangat gemuk dan tagihan gaji membengkak. Keputusan untuk “mengasingkan” pemain bergaji tinggi seperti Sterling bisa dilihat sebagai upaya klub untuk merampingkan skuad dan menyeimbangkan neraca keuangan, meskipun caranya terlihat kurang elegan.

 

Gaji Selangit dan Faktor Keluarga Jadi Penghalang

 

Jadi, kenapa Sterling nggak pindah aja? Masalah terbesarnya ada dua: gaji dan keluarga. Kontraknya di Chelsea baru akan berakhir pada 2027, dengan total sisa nilai sekitar 30 juta pounds. Klub mana pun bakal mikir seribu kali untuk membayar gaji sebesar itu. Mau diputus kontrak pun rasanya mustahil, karena Chelsea juga ogah membayar kompensasi sebesar itu.

Selain itu, Sterling sudah kapok dengan pengalaman pahitnya musim lalu saat dipinjamkan ke Arsenal. Komunikasi yang minim dengan Mikel Arteta membuatnya jarang bermain. Tawaran dari klub Eropa lain, termasuk Bayern Munich, sempat datang. Tapi Sterling berat meninggalkan keluarganya yang sudah sangat nyaman tinggal di London. Keputusan ini sangat manusiawi, apalagi ia juga aktif mengurus putranya yang berlatih di akademi Arsenal dan mengelola RS7 Academy miliknya.

 

Terjebak di Penjara Emas: Jadi Gimana Selanjutnya?

Desember nanti, Sterling akan berusia 31 tahun. Jika situasi ini berlanjut, ia berisiko tidak bermain di laga kompetitif selama tujuh bulan penuh sampai bursa transfer Januari dibuka. Ini adalah sebuah mimpi buruk bagi atlet profesional mana pun.

Pada akhirnya, situasi ini seperti deadlock. Sterling terjebak dalam “penjara emas”—gaji besar yang membuatnya sulit pergi. Meninggalkan sisa kontrak 30 juta pounds jelas bukan pilihan yang mudah. Di sisi lain, Chelsea juga rugi karena harus terus membayar mahal pemain yang tidak mereka gunakan. Tidak ada yang benar-benar salah, tapi juga tidak ada yang menang. Sebuah drama yang menunjukkan betapa rumitnya dunia sepak bola modern.