Kena Bantai Tottenham, Erik ten Hag Kritik Mentalitas Manchester United

Kena Bantai Tottenham, Erik ten Hag Kritik Mentalitas Manchester United

livescorepialadunia – Kekalahan 0-3 Manchester United dari Tottenham Hotspur pada laga lanjutan Premier League musim 2024/2025 menjadi titik kritis bagi tim asuhan Erik ten Hag. Bermain di Stadion Tottenham Hotspur, Setan Merah tampil di bawah ekspektasi, sementara Spurs dengan percaya diri menaklukkan mereka lewat gol-gol Son Heung-min dan Richarlison. Kekalahan ini menjadi sorotan besar, terutama karena Ten Hag secara terang-terangan mengkritik mentalitas para pemainnya setelah pertandingan.

Manchester United yang diharapkan bisa bersaing di papan atas Premier League, justru mengalami inkonsistensi di awal musim. Setelah awal yang sulit, kekalahan dari Tottenham ini menjadi puncak dari masalah yang tampak belum terselesaikan, baik dari sisi taktik, performa individu, hingga mentalitas tim secara keseluruhan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang apa yang salah dengan Manchester United dalam laga melawan Tottenham, kritik Erik ten Hag terkait mentalitas pemain, serta apa yang harus diperbaiki agar United bisa bangkit dari keterpurukan.

Kelemahan Pertahanan United yang Kembali Terekspos

Pertahanan Manchester United menjadi salah satu masalah terbesar dalam pertandingan ini. Lini belakang yang biasanya solid di bawah arahan Lisandro Martínez dan Victor Lindelöf, kali ini tampak sangat rapuh. Absennya Raphael Varane karena cedera menambah tekanan bagi lini pertahanan United. Tottenham, di bawah asuhan Ange Postecoglou, memanfaatkan kelemahan ini dengan serangan cepat yang sulit dihentikan oleh bek-bek United.

Gol pertama Tottenham yang dicetak oleh Son Heung-min berasal dari kesalahan kolektif lini pertahanan United. Para pemain belakang gagal mengantisipasi pergerakan lincah Son yang dengan mudah melewati mereka sebelum melepaskan tembakan akurat yang tak bisa dihentikan kiper United, André Onana.

Tak hanya itu, koordinasi antara pemain belakang dan gelandang bertahan United, khususnya Casemiro, tampak berantakan. Casemiro yang musim lalu menjadi andalan untuk memutus serangan lawan, kali ini terlihat kesulitan mengimbangi ritme cepat yang diterapkan oleh Tottenham. Kondisi ini membuat United tertekan sejak awal, dan akhirnya kebobolan dua gol tambahan dari Richarlison dan Son, yang memanfaatkan celah di pertahanan United.

Baca juga:

Masalah Mentalitas yang Disorot Ten Hag

Dalam konferensi pers pasca pertandingan, Erik ten Hag tidak menahan diri untuk mengkritik para pemainnya. Menurut Ten Hag, masalah utama dalam kekalahan ini bukan hanya soal taktik atau kualitas individu, tetapi lebih kepada mentalitas tim yang lemah. Ia menyoroti kurangnya semangat juang dan ketahanan mental para pemain ketika menghadapi tekanan di lapangan.

“Ini bukan tentang taktik atau kemampuan teknik semata. Ini tentang mentalitas. Anda harus memiliki sikap yang benar di setiap pertandingan, terutama ketika bermain melawan tim sekelas Tottenham. Saya tidak melihat itu dari para pemain hari ini,” ujar Ten Hag.

Pelatih asal Belanda ini menggarisbawahi bahwa kekalahan ini terjadi karena para pemain Manchester United tidak menunjukkan mentalitas pemenang. Menurutnya, tim ini seharusnya memiliki determinasi lebih kuat dan fokus yang lebih baik, terutama dalam pertandingan-pertandingan besar seperti melawan Tottenham.

Ten Hag juga mengakui bahwa performa buruk ini harus segera diperbaiki jika Manchester United ingin tetap bersaing di papan atas Premier League. “Kami tidak boleh terus seperti ini. Tim ini punya potensi besar, tapi mentalitas yang salah akan membuat kami gagal mencapai target,” tambahnya.

Kurangnya Kreativitas di Lini Tengah

Selain masalah di lini belakang, Manchester United juga mengalami kebuntuan di lini tengah. Bruno Fernandes yang biasanya menjadi otak serangan United, kali ini tidak mampu menunjukkan permainan terbaiknya. Kapten United ini terlihat frustrasi sepanjang pertandingan, dan banyak kehilangan bola di area berbahaya. Selain itu, Casemiro yang biasanya solid di lini tengah, juga gagal menunjukkan performa yang konsisten.

Tottenham, yang mengandalkan kombinasi kreatif antara James Maddison dan Yves Bissouma di lini tengah, berhasil mendominasi permainan. Maddison menjadi pusat dari segala serangan Spurs, dengan visi dan umpannya yang tajam kerap kali membongkar pertahanan United. Sementara itu, Bissouma berperan penting dalam memutus aliran serangan United dan memberikan tekanan konstan pada gelandang United.

Masalah ini semakin parah dengan minimnya kontribusi dari pemain sayap United seperti Marcus Rashford dan Antony. Rashford, yang musim lalu menjadi top skorer United, kesulitan menemukan ruang untuk bergerak dan kerap terisolasi di sayap. Begitu juga dengan Antony, yang sering kali tidak mampu memberikan ancaman berarti bagi pertahanan Tottenham.

Hal ini menunjukkan bahwa United tidak hanya bermasalah di lini belakang, tetapi juga di lini tengah dan depan. Kurangnya kreativitas dan ketajaman serangan menjadi penyebab mengapa United gagal menciptakan peluang berbahaya sepanjang pertandingan.

Performa Son Heung-min dan Dominasi Tottenham

Di sisi lain, Tottenham Hotspur tampil luar biasa. Di bawah manajer baru, Ange Postecoglou, Spurs menunjukkan performa yang solid dengan permainan menyerang yang cepat dan efektif. Kapten mereka, Son Heung-min, menjadi bintang lapangan dalam pertandingan ini dengan mencetak dua gol dan menyumbang satu assist.

Son memperlihatkan kualitasnya sebagai salah satu penyerang terbaik di Premier League. Kecepatannya dalam transisi serangan serta ketajamannya di depan gawang menjadi kunci keberhasilan Tottenham menghancurkan pertahanan Manchester United. Son tidak hanya memberikan kontribusi dalam serangan, tetapi juga bekerja keras membantu pertahanan, menunjukkan etos kerja yang luar biasa di sepanjang pertandingan.

Penampilan gemilang Richarlison juga layak mendapat pujian. Striker asal Brasil ini mencetak gol kedua untuk Tottenham setelah memanfaatkan kesalahan di lini belakang United. Richarlison menunjukkan bahwa dirinya bisa diandalkan sebagai ujung tombak serangan Spurs, terutama ketika Harry Kane sudah tidak lagi menjadi bagian dari tim.

Saya adalah reporter berita sepakbola ternama yang telah membuat nama untuk dirinya dengan liputan mendalam dan analitis tentang dunia sepakbola.