livescorepialadunia – Di tengah gejolak transisi kepemimpinan tim nasional Italia, sebuah kabar menarik datang dari sosok legendaris sepak bola Italia: Claudio Ranieri. Pria yang dikenal luas berkat kisah dongeng saat membawa Leicester City menjadi juara Premier League 2015/16 itu dilaporkan mendapatkan tawaran resmi untuk menangani Timnas Italia. Namun, dalam pernyataan terbarunya, Ranieri dengan tegas menolak tawaran tersebut, menyebut bahwa waktunya bersama sepak bola telah usai.
“Maaf, gak dulu!” ujarnya singkat namun penuh makna dalam konferensi pers khusus yang digelar di Roma, hanya beberapa pekan setelah ia mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia kepelatihan usai menyelamatkan Cagliari dari degradasi Serie A.
Penolakan Ranieri ini tentu menjadi perbincangan hangat, mengingat Italia tengah berada dalam masa pencarian sosok pemimpin baru pasca kegagalan di Euro 2024 dan rencana besar menyambut Piala Dunia 2026. Lantas, apa alasan di balik keputusannya? Apa respons publik dan apa artinya bagi masa depan Gli Azzurri?
Claudio Ranieri: Akhiri Karier dengan Gaya
Ranieri baru saja menyelesaikan misi terakhirnya di Serie A bersama Cagliari, klub yang ia selamatkan dari degradasi pada musim 2024/25. Dalam usia 72 tahun, memutuskan bahwa inilah saat yang tepat untuk pensiun.
“Saya merasa sudah memberikan segalanya. Sepak bola telah memberi saya begitu banyak, tapi kini saatnya memberi waktu untuk keluarga dan diri saya sendiri,” ujar Ranieri dalam perpisahannya bersama Cagliari.
Namun, tak berselang lama setelah pengumuman tersebut, Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) disebut-sebut langsung menghubunginya. FIGC tengah mencari figur kuat yang bisa membawa stabilitas dan pengalaman ke dalam skuad nasional yang sedang dalam proses regenerasi. Nama Ranieri, dengan segala pengalaman dan karismanya, muncul sebagai kandidat utama—setidaknya dalam perspektif jangka pendek.
Mengapa Italia Membutuhkan Ranieri?
Italia sedang tidak dalam performa terbaik. Setelah menjadi juara Euro 2020, performa Gli Azzurri mengalami kemunduran. Gagal lolos ke Piala Dunia 2022, disusul penampilan mengecewakan di Euro 2024, membuat FIGC mencari figur baru untuk membenahi sistem permainan dan memulihkan identitas tim nasional.
Pelatih sebelumnya, Luciano Spalletti, dinilai gagal mengangkat performa tim di ajang besar. Dalam situasi seperti ini, federasi membutuhkan figur:
- Yang dihormati publik dan pemain
- Yang punya rekam jejak panjang dan stabil
- Yang tidak punya beban ego besar
Dan yang bisa menciptakan suasana positif dalam waktu singkat
Ranieri memenuhi semua kriteria tersebut. Ia adalah “bapak” dalam dunia sepak bola Italia. Sosok yang dihormati di ruang ganti, memiliki pengalaman panjang di klub-klub top Eropa, serta dikenal mampu mengelola tim tanpa drama.
Namun, sang pelatih punya jawaban yang tegas dan tak bisa ditawar.
Penolakan Ranieri: Keputusan yang Disesalkan Tapi Dihormati
Ketika ditanya langsung soal tawaran menjadi pelatih Timnas Italia, menjawab:
“Merupakan kehormatan besar menerima tawaran itu. Timnas adalah lambang tertinggi dari sepak bola negara. Tapi saya harus jujur pada diri saya sendiri dan publik: Saya sudah selesai. Saya tidak bisa memberikan 100 persen lagi.”
Ia menambahkan bahwa melatih tim nasional bukan pekerjaan ringan. Butuh energi, konsentrasi, dan dedikasi penuh—sesuatu yang ia rasa tak lagi bisa diberikannya secara maksimal.
Penolakan ini menuai reaksi beragam. Banyak pihak menyayangkan keputusannya, mengingat kapasitas dan pengalaman Ranieri sangat dibutuhkan saat ini. Namun, sebagian besar juga memuji keteguhan dan kejujuran sang pelatih.
Mantan striker timnas Italia, Antonio Di Natale, mengatakan:
“Dia bisa jadi sosok penenang untuk tim nasional, tapi saya hormati keputusannya. Ranieri selalu tahu kapan harus masuk, dan kapan harus pergi.”
Karier Ranieri: Dari Roma ke Leicester, dari Pangeran ke Raja
Claudio Ranieri bukan pelatih biasa. Ia telah melatih lebih dari 20 klub sepanjang kariernya, termasuk AS Roma, Chelsea, Juventus, Inter Milan, Valencia, Monaco, hingga Fulham. Tapi tentu saja, prestasi paling fenomenalnya adalah saat membawa Leicester City menjuarai Premier League 2015/16, mengalahkan prediksi dunia.
Kemenangan Leicester adalah bukti kemampuan memimpin tim tanpa superstar, dengan pendekatan manusiawi dan pendekatan taktis yang sederhana tapi efektif.
Sikapnya yang rendah hati, penuh senyum, dan tanpa konflik besar membuatnya disukai oleh pemain dan manajemen klub. Ia bukan tipe pelatih kontroversial, namun selalu memberi hasil lebih dari ekspektasi.
Baca Juga:
- Tragis! Ange Postecoglou Dipecat Tottenham Meski Raih Trofi Liga Europa
- Larsson Bantah Isu Transfer ke Real Madrid: “Saya Kira Xabi Alonso Tidak Suka Saya”
Siapa Pengganti Potensial Selain Ranieri?
Dengan penolakan Ranieri, FIGC harus bergerak cepat. Nama-nama lain yang mencuat sebagai calon pelatih Timnas Italia antara lain:
- Roberto De Zerbi
Pelatih muda Italia yang baru saja meninggalkan Brighton. Dikenal punya gaya bermain progresif dan cocok untuk generasi baru Italia.
- Daniele De Rossi
Eks kapten Roma dan asisten pelatih di Euro 2020. Saat ini melatih klub Serie B, namun dinilai punya aura pemimpin.
- Massimiliano Allegri
Meski baru saja didepak Juventus, Allegri punya reputasi besar dan pemahaman taktik kuat. Namun, pendekatan pragmatis nya bisa jadi tidak cocok untuk publik yang ingin perubahan gaya bermain.
- Thiago Motta
Pelatih muda yang sukses bersama Bologna. Filosofinya menyerang dan cerdas secara taktik, cocok untuk jangka panjang.
Namun satu hal yang pasti, siapa pun pelatihnya, mereka harus mampu menghadapi ekspektasi tinggi dan tekanan besar publik sepak bola Italia.
Apa Kata Publik? Respon Netizen Beragam
Di media sosial, kabar penolakan menjadi trending. Tagar #GrazieRanieri dan #RanieriRespect menjadi viral, dengan banyak pengguna Twitter dan Instagram memberi pujian terhadap keputusan sang pelatih.
Beberapa komentar netizen:
“Kalau pun bukan pelatih Italia, Ranieri akan selalu jadi simbol kebijaksanaan dan loyalitas dalam sepak bola.” — @TifosiAzzurri
“Lebih baik menolak dengan hormat daripada gagal karena dipaksakan. Salut untuk Ranieri!” — @ForzaCalcio
“Jelas dia pelatih hebat, tapi kita juga butuh pelatih dengan energi baru. Semoga De Zerbi bisa masuk.” — @CalcioMania
Ranieri dan Warisan yang Tak Akan Dilupakan
Meski menolak menjadi pelatih timnas tetap meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah sepak bola Italia dan dunia. Ia adalah simbol kesabaran, kerja keras, dan bukti bahwa dalam sepak bola, Anda tak perlu menjadi paling bersinar untuk menjadi paling berpengaruh.
Ia bukan pelatih dengan trofi terbanyak, tapi kisahnya akan dikenang lebih lama daripada deretan medali emas. Ranieri tidak pernah memaksakan ambisi pribadi, dan itulah yang membuatnya begitu dicintai.
FIGC pun dalam pernyataan resmi menyampaikan apresiasi:
“Kami menghormati keputusan Claudio Ranieri. Kami berterima kasih atas kontribusinya selama ini bagi sepak bola Italia. Pintu kami akan selalu terbuka untuknya.”
Ranieri Menolak, Tapi Tetap Pahlawan
Claudio Ranieri telah menolak tawaran melatih Timnas Italia, namun keputusan itu justru mempertegas karakternya sebagai pelatih yang tahu kapan harus berhenti. Meski tidak menjadi nakhoda Gli Azzurri, ia tetap dianggap sebagai figur penting dalam sejarah sepak bola Italia.
Kini bola ada di tangan FIGC: mencari sosok yang tepat untuk mengarahkan tim nasional ke masa depan yang cerah. Dan bagi Ranieri, mungkin inilah waktunya untuk benar-benar istirahat, menikmati kehidupan tanpa tekanan bangku cadangan, namun tetap menjadi inspirasi di hati pecinta sepak bola.