4 Laga, 4 Menang, Tapi Kok Conte Malah Panik? Ini Alasan Napoli Tetap Waspada
livescorepialadunia – Kalau cuma lihat papan klasemen sementara Liga Italia, Napoli kelihatan sempurna banget. Empat pertandingan awal musim disapu bersih dengan kemenangan! Tapi, eh, tunggu dulu. Pelatih mereka, Antonio Conte, bukannya senang-senang, malah pasang muka serius dan ngasih sinyal waspada.
Sang pelatih menegaskan kalau perjalanan timnya musim ini bakal jauh lebih susah dari yang orang-orang kira. Kemenangan tipis 3-2 atas Pisa akhir pekan kemarin jadi buktinya. Napoli harus kerja super keras buat dapat tiga poin.
Ditambah lagi, musim ini Napoli kembali berlaga di Liga Champions setelah musim lalu absen. Tuntutan main di dua kompetisi besar jelas jadi tantangan baru. Makanya, Conte merasa perlu buat ngingetin semua orang supaya tetap injak tanah dan nggak jemawa.

Beban Berat di Dada Sang Juara
Conte mengakui, status sebagai juara bertahan Serie A itu bawa beban tersendiri. Ada emblem khusus, simbol Scudetto, yang tertempel di dada para pemain. Kata Conte, itu bukan lagi sekadar bangga-banggaan, tapi juga tanggung jawab yang super besar.
Menurutnya, emblem itu otomatis bikin ekspektasi orang jadi setinggi langit. Setiap tim yang jadi lawan sekarang punya motivasi berlipat ganda untuk mengalahkan sang juara. “Ketika Anda punya simbol Scudetto di dada, itu membebani Anda, dan itu mewakili sebuah batu besar ekspektasi,” curhat Conte ke Sky Sport Italia.
Apa Sih Simbol Scudetto di Dada Itu?
Bagi yang mungkin belum tahu, Scudetto (artinya “perisai kecil”) adalah emblem kehormatan berbentuk perisai dengan warna bendera Italia. Di Serie A, hanya tim yang berhasil menjuarai liga di musim sebelumnya yang berhak mengenakan emblem ini di seragam mereka sepanjang musim berikutnya. Jadi, memakainya adalah sebuah kebanggaan besar, tapi di saat yang sama juga menjadi “target” bagi semua tim lawan yang ingin membuktikan diri.
Skuad Baru yang Masih ‘Cari Jati Diri’
Meskipun Napoli mendatangkan sembilan pemain baru di bursa transfer, Conte menolak anggapan kalau timnya sudah hebat. Baginya, membeli banyak pemain bukan berarti otomatis punya skuad yang langsung jadi dan solid. Para muka baru ini butuh waktu adaptasi dengan skema permainan dan kultur sepak bola Italia.
Akibatnya, Napoli belum jadi satu unit yang padu. Tim harus belajar dan tumbuh bareng lewat setiap pertandingan yang dijalani. “Tidak seperti klub lain, kami tidak punya skuad yang sudah terlatih dan terbiasa bermain di banyak kompetisi sekaligus,” lanjutnya.
Siapa Saja 9 Pemain Baru Napoli?
Perombakan skuad yang dilakukan Conte memang cukup signifikan. Sembilan pemain baru tersebut didatangkan untuk menambah kedalaman tim di berbagai posisi. Beberapa nama yang menonjol antara lain adalah Giorgio Scalvini, bek muda potensial yang dibajak dari Atalanta, Nicolo Zaniolo yang kembali ke Italia untuk membangkitkan kariernya di lini tengah, serta striker asal Argentina, Julian Alvarez, yang dipinjam dari Manchester City untuk menjadi pelapis Victor Osimhen. Proses menyatukan pemain-pemain dengan latar belakang berbeda inilah yang menjadi pekerjaan rumah terbesar Conte saat ini.
Kelelahan Mulai Menghantui
Jadwal pertandingan yang padat mulai menunjukkan dampaknya. Kekalahan melelahkan 0-2 dari Manchester City di Liga Champions, di mana mereka harus main dengan 10 orang selama lebih dari satu jam, jelas menguras fisik dan mental.
Conte bilang, main setiap tiga atau empat hari sekali adalah hal baru buat sebagian besar pemainnya. Stres yang ditimbulkan harus segera diatasi. Menurutnya, ini adalah musim yang paling rumit karena tim dituntut menang sambil terus belajar.
Filosofi Antonio Conte: Si ‘Tukang Ngeluh’ yang Jenius
Komentar Conte yang terkesan “mengeluh” ini sebenarnya adalah ciri khasnya. Ia dikenal sebagai pelatih yang sangat menuntut dan selalu meminta lebih dari manajemen dan para pemainnya. Conte adalah seorang perfeksionis yang punya rekam jejak juara di Juventus, Chelsea, dan Inter Milan. Gaya bicaranya yang blak-blakan seringkali merupakan cara untuk melindungi timnya dari tekanan media dan menjaga agar para pemainnya tetap fokus dan tidak cepat puas.
Bahkan Guardiola Pun Realistis
Conte juga menyoroti perubahan taktik di sepak bola modern. Ia mencontohkan laga Manchester City melawan Arsenal. Setelah menghajar Napoli, tim asuhan Pep Guardiola justru main lebih hati-hati dan harus puas dengan hasil imbang 1-1.
Menurut Conte, ini bukti kalau tim paling jago sekalipun tahu kapan harus main pragmatis dan mengamankan hasil. Sepak bola modern menuntut sebuah tim untuk bisa fleksibel, kadang menekan tinggi, kadang harus rela bertahan total. “Bahkan seorang pelatih seperti Guardiola tahu kapan ia harus bertahan untuk membawa pulang hasil,” tutupnya.