livescorepialadunia – Musim kompetisi 2024/25 memasuki fase krusial, dan Manchester United kini berada dalam posisi dilematis. Di satu sisi, mereka masih harus menyelesaikan beberapa laga tersisa di Premier League. Di sisi lain, mereka juga tengah menjalani perjalanan dramatis di Liga Europa, dan peluang untuk meraih trofi Eropa terbuka lebar.
Dalam situasi inilah pelatih anyar Manchester United, Ruben Amorim, membuat keputusan yang terbilang berani: memprioritaskan Liga Europa dan menurunkan tim lapis kedua di sisa pertandingan Premier League yang tersisa — kecuali jika pertandingan benar-benar menentukan.
Keputusan ini sontak memicu perdebatan. Sebagian menilai ini langkah cerdas, sementara yang lain menganggap Amorim terlalu berjudi. Tapi jika kita melihat lebih dalam, ada banyak alasan di balik strategi yang tengah dijalankan pelatih asal Portugal ini.
Situasi Klasemen Manchester United di Premier League
Hingga pekan ke-33, Manchester United berada di posisi ke-7 klasemen sementara Premier League. Dengan 51 poin, mereka terpaut 8 poin dari zona Liga Champions, dan hanya berselisih 3 poin dari posisi ke-6 yang bisa mengantar ke kualifikasi Liga Europa musim depan.
Namun, performa inkonsisten dan jadwal yang padat membuat peluang Manchester United untuk mengejar posisi empat besar terlihat makin menipis. Apalagi tim-tim pesaing seperti Tottenham, Aston Villa, dan Liverpool tampil lebih konsisten.
Dalam konteks ini, fokus ke Liga Europa menjadi strategi yang masuk akal. Jika berhasil menjuarai turnamen tersebut, Manchester United akan otomatis lolos ke fase grup Liga Champions musim depan — hadiah yang jauh lebih besar dibanding sekadar finish di posisi kelima atau keenam EPL.
Perjalanan Manchester United di Liga Europa
Di bawah komando Ruben Amorim, Manchester United tampil lebih terorganisir di kompetisi Eropa. Setelah lolos dari fase grup dengan relatif meyakinkan, mereka berhasil menyingkirkan lawan-lawan berat seperti AS Roma dan Real Sociedad di fase gugur.
Kini, mereka telah mencapai semifinal Liga Europa, di mana mereka akan menghadapi tim kuat asal Jerman — Bayer Leverkusen asuhan Xabi Alonso. Dengan hanya dua laga lagi menuju final di Dublin, jelas bahwa Liga Europa adalah jalur paling realistis bagi Manchester United untuk menyelamatkan musim ini.
Amorim sendiri tidak menutupi niatnya:
“Kami akan menurunkan tim terbaik di Liga Europa. Ini adalah prioritas kami sekarang. Premier League penting, tapi kami harus bijak mengelola tenaga dan risiko cedera.”
Baca Juga:
- Man of the Match Manchester United vs Lyon: Casemiro, Pilar Kemenangan Setan Merah
- Kalahkan Real Madrid, Arsenal Mulai Berani Bicara Juara Liga Champions
Rotasi Besar-Besaran di EPL?
Keputusan Amorim terlihat jelas saat Manchester United menghadapi Brighton pekan lalu. Dalam laga tersebut, pemain-pemain inti seperti Bruno Fernandes, Casemiro, dan Rasmus Højlund tidak dimasukkan ke starting line-up. Sebagai gantinya, tampil pemain-pemain muda seperti Hannibal Mejbri, Amad Diallo, dan Alvaro Fernandez.
Hasilnya memang imbang 1-1, tapi yang paling menarik adalah performa energik dan lepas dari para pemain muda. Amorim tampaknya tak hanya ingin menjaga kondisi para pemain inti, tapi juga memberi jam terbang kepada skuad pelapis untuk mengembangkan mental tanding mereka.
Berdasarkan informasi dari The Athletic dan Manchester Evening News, strategi ini akan terus diterapkan hingga akhir musim, kecuali jika posisi Manchester United di EPL berada dalam situasi genting.
Siapa Saja yang Dianggap “Tim Lapis Kedua”?
Ruben Amorim sejauh ini sudah menunjukkan siapa saja pemain yang ia percaya sebagai bagian dari skuad rotasi EPL:
- Kiper: Altay Bayındır
- Bek: Alvaro Fernandez, Jonny Evans, Willy Kambwala, Diogo Dalot
- Gelandang: Hannibal Mejbri, Scott McTominay, Kobbie Mainoo (kadang diturunkan untuk stabilitas)
- Sayap dan Penyerang: Amad Diallo, Facundo Pellistri, Alejandro Garnacho, dan kadang Anthony Martial
Beberapa nama seperti Mason Mount dan Antony masih bolak-balik antara tim inti dan cadangan tergantung lawan dan kondisi fisik.
Yang menarik, beberapa pemain lapis kedua justru mulai menunjukkan performa menjanjikan. Garnacho terus berkembang sebagai winger eksplosif, Hannibal menunjukkan kerja keras luar biasa, dan Amad Diallo tampak mulai menemukan ritmenya di Old Trafford.
Pro dan Kontra Strategi Amorim
Pro:
- Fokus Total di Liga Europa
- Dengan mengistirahatkan pemain utama di EPL, Amorim bisa memastikan skuad utamanya tampil bugar dan tajam di laga semifinal dan (jika lolos) final Liga Europa.
- Menghindari Cedera
Manchester United sudah kehilangan beberapa pemain penting musim ini karena cedera, termasuk Lisandro Martinez dan Luke Shaw. Strategi rotasi bisa meminimalisasi risiko tambahan.
- Mengembangkan Pemain Muda
Laga EPL yang sudah kurang menentukan bisa dimanfaatkan untuk memberi jam terbang kepada pemain muda — investasi penting untuk masa depan klub.
- Mengirim Pesan ke Manajemen
Strategi ini juga bisa dibaca sebagai sinyal bahwa Amorim butuh kedalaman skuad yang lebih baik musim depan. Dengan mengandalkan lapis kedua, ia menunjukkan batas kekuatan tim saat ini.
Kontra:
- Potensi Gagal di Liga Europa
- Jika strategi ini tidak membuahkan trofi, Manchester United bisa kehilangan semuanya — gagal lolos Liga Champions, dan finish di luar zona Eropa.
- Menurunnya Mentalitas di Liga Domestik
Jika pemain mulai menganggap EPL tidak penting, ritme kompetisi bisa terganggu. Ini bisa berdampak pada performa keseluruhan tim.
- Kritik dari Fans dan Media
Fans yang berharap tim tetap tampil kompetitif di semua pertandingan mungkin kecewa melihat banyak nama muda dan rotasi besar di Premier League.
Apa Kata Fans dan Pengamat?
Reaksi fans Manchester United cukup beragam. Sebagian besar memahami strategi Amorim dan setuju bahwa Liga Europa adalah target utama saat ini.
“Daripada kejar posisi 5 tapi gagal, mending all-in di Liga Europa. Sudah saatnya punya trofi Eropa lagi!” tulis seorang fans di Twitter.
Namun ada juga yang skeptis:
“Kalau gagal juara UEL, terus finish ke-8 di EPL, Amorim bakal kena semprot habis-habisan. Berisiko banget!”
Pengamat sepak bola Jamie Carragher dalam sebuah talkshow di Sky Sports mengatakan:
“Amorim mengambil pendekatan pragmatis. Tapi ini perjudian besar. Liga Europa sangat kompetitif. Gagal juara bisa berarti musim kosong.”
Target Realistis Manchester United
Dengan melihat situasi saat ini, target realistis Manchester United adalah:
- Menjuarai Liga Europa: Prioritas utama. Ini tiket ke Liga Champions dan trofi prestisius.
- Finish minimal di posisi 6 EPL: Untuk berjaga-jaga, Manchester United tetap butuh finish setinggi mungkin di liga, terutama jika gagal di Eropa.
- Mematangkan pemain muda: Amorim bisa memanfaatkan sisa pertandingan EPL sebagai ‘pra-musim dini’ untuk eksperimen formasi dan pengembangan individu.
Keputusan Ruben Amorim untuk mengandalkan tim lapis kedua di Premier League demi fokus total ke Liga Europa memang bukan strategi yang umum di Premier League. Tapi ini mencerminkan keberanian dan ketegasan sang pelatih dalam menetapkan prioritas.
Apakah strategi ini akan membuat Manchester United mengangkat trofi Eropa dan kembali ke Liga Champions? Atau justru menjadi senjata makan tuan yang membuat mereka kehilangan segalanya?
Semua akan terjawab dalam beberapa pekan ke depan. Yang jelas, Ruben Amorim telah memilih jalannya — dan para penggemar Manchester United kini menahan napas, berharap bahwa jalur itu adalah jalan menuju kebangkitan.