livescorepialadunia – Di tengah hiruk-pikuk perburuan manajer baru di Premier League, satu nama legendaris kembali mencuri perhatian: Zinedine Zidane. Dua klub raksasa Inggris, Manchester United dan Chelsea, dikabarkan telah mengajukan tawaran menggiurkan untuk memboyong legenda Prancis tersebut sebagai pelatih kepala musim 2025/2026. Namun, jawaban Zidane justru membuat banyak pihak terkejut: “Tidak sekarang.”
Meski tawaran yang diberikan disebut sangat besar — baik dari sisi finansial maupun kontrol penuh terhadap skuad — Zidane tetap memilih untuk menahan diri. Ia menolak dua pekerjaan bergengsi itu, dan untuk sementara memilih menepi dari kursi panas kepelatihan. Keputusan ini menimbulkan berbagai spekulasi, mulai dari alasan pribadi hingga pertimbangan profesional yang sangat spesifik.
Lalu, apa alasan sebenarnya Zidane menolak tawaran dari dua klub elite Premier League? Apakah ini penolakan sementara atau sinyal pensiun dari dunia manajerial? Mari kita bahas lebih dalam.
Konteks: Dua Klub, Satu Krisis
Baik Manchester United maupun Chelsea memasuki musim panas 2025 dengan masalah besar di bangku pelatih. United, di bawah Erik ten Hag, gagal menembus empat besar Premier League dan hanya mengandalkan keberhasilan menjuarai FA Cup sebagai penyelamat reputasi. Di sisi lain, Chelsea baru saja berpisah dengan Mauricio Pochettino setelah musim yang penuh inkonsistensi.
Kedua klub kini sedang dalam proses membangun kembali fondasi tim. Baik Sir Jim Ratcliffe (pemilik baru sebagian saham United) maupun Todd Boehly (pemilik Chelsea) ingin mendatangkan sosok pelatih karismatik, berpengalaman, dan bisa menghadirkan mentalitas juara. Nama Zidane pun muncul di daftar teratas mereka.
Tawaran Fantastis: Gaji dan Kewenangan Penuh
Menurut laporan eksklusif dari L’Équipe dan The Athletic, baik Manchester United maupun Chelsea siap memberikan:
- Gaji tahunan sekitar €18–20 juta, menjadikannya salah satu pelatih termahal di dunia
- Kontrak jangka menengah (3 tahun + opsi perpanjangan)
- Kontrol penuh dalam rekrutmen pemain dan staf pelatih
- Dukungan penuh dari manajemen dalam proyek jangka panjang
Sumber internal Chelsea menyebut, “Kami ingin membangun tim pemenang. Zidane adalah simbol kemenangan. Kami siap menyerahkan kunci proyek kepadanya.”
United pun dikabarkan menawarkan skema yang sama, bahkan siap mengganti sebagian staf teknis untuk menyesuaikan dengan permintaannya.
Zidane Menolak: “Ini Bukan Waktu yang Tepat”
Namun, meskipun semua elemen finansial dan kekuasaan sudah ditawarkan menolak dengan alasan yang cukup diplomatis namun tegas:
“Saya belum merasa waktunya kembali. Tawaran dari Inggris sangat saya hargai, tetapi saya harus jujur dengan diri sendiri. Saya harus merasa 100 persen siap untuk memimpin tim besar lagi,” ujar Zidane dalam wawancara singkat di sela acara amal di Marseille.
Pernyataan itu mengindikasikan bahwa keputusannya bukan didasarkan pada uang atau status klub, melainkan kondisi personal dan kesiapan mental untuk kembali ke tekanan besar sebagai pelatih di level elite.
Faktor Bahasa dan Budaya: Masih Jadi Kendala?
Salah satu isu lama yang selalu dikaitkan dengan Zidane dan Premier League adalah kemampuan berbahasa Inggris. Meskipun ia pernah bermain di klub non-Prancis (Juventus dan Real Madrid), Zidane dikenal tidak fasih berbicara dalam bahasa Inggris.
Dalam beberapa wawancara sebelumnya, ia juga sempat menyatakan:
“Bahasa itu penting. Bukan soal hanya mengerti, tapi soal bagaimana Anda menyampaikan emosi, instruksi, dan menginspirasi tim.”
Kendala komunikasi ini dianggap menjadi salah satu alasannya masih enggan berkarier di Inggris. Meskipun klub-klub bisa menyediakan penerjemah, Zidane merasa peran pelatih bukan hanya soal taktik — tetapi juga kepemimpinan dan hubungan personal.
Masalah Gaya Hidup dan Privasi
Zidane dikenal sebagai sosok yang sangat menjaga privasi. Hidup tenang di Prancis atau Spanyol lebih cocok dengan gaya hidupnya dibanding hiruk-pikuk media Inggris yang sangat intens.
Di Madrid, ia bisa berjalan di jalanan tanpa terlalu diganggu. Di London atau Manchester, paparazzi dan spekulasi media cenderung lebih agresif. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan pribadi Zidane yang sering kali tidak banyak dibicarakan publik.
Baca Juga:
- Beckham Putra Termotivasi untuk Buktikan Diri Layak Masuk Line-up Timnas Indonesia
- Eks Juventus Ini Beri Isyarat Siap Bereuni Dengan Allegri di AC Milan
Menunggu Timnas Prancis?
Spekulasi lain yang terus beredar adalah bahwa Zidane masih menunggu kesempatan melatih tim nasional Prancis. Didier Deschamps memang masih memegang jabatan tersebut, namun tidak sedikit yang percaya bahwa Piala Dunia 2026 bisa menjadi titik akhir kepemimpinannya.
Zidane telah lama dikaitkan dengan Les Bleus. Sebagai legenda nasional dan juara Piala Dunia 1998, ia dianggap sebagai penerus alami Deschamps.
“Melatih Prancis adalah impian. Tapi itu bukan tergantung saya. Ada proses dan waktu yang harus tepat,” kata Zidane beberapa tahun lalu.
Jika ini benar, maka wajar jika ia enggan terikat kontrak jangka panjang dengan klub mana pun, termasuk Manchester United dan Chelsea.
Reaksi Publik dan Media
Penolakan Zidane terhadap tawaran dua klub besar Inggris memicu reaksi beragam:
- Media Prancis cenderung memuji keputusannya, menyebutnya sebagai bentuk integritas dan kesadaran diri.
- Media Inggris lebih skeptis. Beberapa menganggap terlalu selektif dan tidak siap menghadapi tantangan baru di luar zona nyamannya.
- Fans Manchester United mengungkapkan kekecewaan, karena nama Zidane telah lama dikaitkan dengan klub sejak era post-Solskjaer.
- Fans Chelsea sebagian besar pasrah, mengingat penolakan ini bukan yang pertama bagi mereka setelah sebelumnya ditolak oleh Luis Enrique dan Xabi Alonso.
- Di media sosial, tagar seperti #ZidaneToChelsea dan #ZidaneRejectsUnited sempat jadi trending, menunjukkan betapa besar perhatian publik terhadap kabar ini.
Apa Selanjutnya untuk Chelsea dan United?
Dengan Zidane menolak, baik Chelsea maupun United harus kembali ke daftar kandidat lain. Beberapa nama yang kini mencuat antara lain:
Untuk Manchester United:
Thomas Tuchel (baru berpisah dari Bayern Munich)
- Graham Potter (tanpa klub)
- Ruben Amorim (Sporting Lisbon)
Untuk Chelsea:
- Sebastian Hoeness (Stuttgart)
- Enzo Maresca (Leicester City, baru promosi)
- Michel (Girona)
Namun, dengan musim baru semakin dekat, keputusan cepat dan tepat menjadi sangat krusial. Apalagi skuad perlu disiapkan sejak pramusim, dan para pemain butuh kejelasan arah proyek ke depan.
Zidane: Legenda yang Berhak Memilih Waktunya Sendiri
Tak semua pelatih punya kemewahan seperti Zinedine Zidane. Dengan tiga gelar Liga Champions sebagai pelatih dan segudang trofi sebagai pemain yang berada dalam posisi sangat eksklusif: ia tidak butuh pekerjaan, tapi klub-lah yang membutuhkan dia.
Keputusannya untuk tidak terburu-buru, menunggu waktu dan tantangan yang tepat, mencerminkan kedewasaan profesional dan pemahaman mendalam terhadap tekanan dunia sepak bola elite.
Bukan berarti Zidane menutup pintu sepenuhnya. Namun saat ini, tampaknya dunia Premier League harus bersabar — atau beralih mencari tokoh revolusioner lainnya.
Zidane, Tawaran Besar, dan Keputusan Bijak
Ketika dua klub raksasa Premier League datang membawa kontrak mewah, gaji tinggi, dan proyek ambisius, tidak banyak yang akan menolaknya. Tapi Zinedine Zidane bukan pelatih biasa. Ia bukan hanya memikirkan trofi dan uang, tapi juga waktu, kesiapan, dan kesesuaian.
Keputusannya untuk mengatakan “tidak dulu” kepada Manchester United dan Chelsea adalah bentuk dari kontrol diri yang langka di dunia sepak bola modern. Dan mungkin, di balik penolakan itu, ia sedang menunggu kesempatan yang lebih besar — Piala Dunia 2026 bersama Prancis, atau klub impian lain di masa depan.
Yang pasti, Zidane belum selesai. Tapi saat ini, dunia harus bersabar. Sang maestro memilih menunggu nada yang tepat sebelum kembali mengangkat baton di tepi lapangan.